Quantcast
Channel: Review – jurnal taruma
Viewing all articles
Browse latest Browse all 13

#4500: Etika Keteknikan

$
0
0

Jadi, sekitar beberapa minggu sebelumnya saya telah menamatkan buku “Engineering Ethics” oleh Charles B. Fledderman. Saya membaca edisi ke-empat yang bahasa inggris. Bukunya juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Etika Enjiniring”, bisa dibeli di Gramedia (hanya saja ini edisi ke-dua, saya kurang tahu perbedaanny). Dan informasi yang saya dapatkan dari buku tersebut memperluas pandangan saya terkait pengambilan keputusan dalam bidang teknik. Selama di bangku perkuliahan, rasanya saya tidak mengingat informasi ini diberikan baik dalam bentuk mata kuliah ataupun kuliah umum. Memang di bangku perkuliahan ada mata kuliah Etika, tapi tidak secara spesifik membahas permasalahan ataupun studi kasus di bidang keteknikan. Materi etika keteknikan sebaiknya diajarkan baik dalam bentuk seminar, kuliah. Untuk materinya sendiri sih sebenarnya bisa dibilang singkat, dan bisa dipadukan menjadi satu pengajaran singkat atau semacam lokakarya.

Saat saya menyentuh dunia kerja, salah satu pertimbangan utama saya ataupun keraguan saya sebagai orang yang harus bertanggung-jawab akan prestasi kerjanya sendiri mempertanyakan bagaimana saya menghadapi permasalahan terkait moral ataupun etika. Terkadang, dalam menghadapi permasalahan, jawaban iya dan tidak, tidaklah cukup. Bagaimana jika saya menemukan kejanggalan X, apakah saya diam saja? atau mengingatkannya terlepas status saya?

Dalam buku tersebut terdapat 8 bab dan sekitar +150 halaman. Bisa saya jamin, buku ini mudah untuk dibaca. Pemilihan bahasanya dan alur ceritanya membuat saya penasaran dan membangun rasa ingin tahu saya (terlepas banyak bahasa yang tidak mudah saya pahami). Dan setiap bab selalu disertai studi kasusnya, dan semuanya di atur sedemikan rupa sehingga pembaca awam pun dapat memahaminya. Mungkin saya tidak akan membahas apa isi buku ini bab perbab mengenai isi bukunya, saya sangat merekomendasikan buku ini dibaca jika Anda tertarik mengenai etika keteknikan, sedang menghadapi permasalahan moral/etika di bidang keteknikan, penasaran dengan permasalahan yang pernah terjadi, dan bahkan saya cukup merekemondasikan ini buku untuk para awam juga, terutama disisi stakeholder atau owner.


Istilah profesi dan profesional sempat disinggung dalam buku ini. Dan arti profesional dalam hal keteknikan berbeda dengan definisi yang banyak diketahui orang. Jika saya simpulkan (bisa keliru) bahwa salah satu definisi keprofesionalitas seseorang dalam bidang keteknikan adalah sikap individual ataupun kumpulan individual dalam mengambil keputusan yang berdampak pada orang lain terkait (dalam hal ini terkait pekerjaan yang sedang dilakukan). Maksudnya adalah kepedulian seorang Engineer terkait apa yang sedang dikerjakannya.

Saya menyinggung istilah profesionalisme karena banyak yang menggunakan kata tersebut dan sangat keliru jika yang dituduhnya sebenarnya adalah budaya kerja. Datang setiap pagi tepat waktu bukanlah salah satu bentuk sikap profesional. Nilai profesional seseorang dinilai bukan dari jam datang atau pulangnya, melainkan adalah sikap kepeduliannya terkait apa yang dikerjakan dan berdampak kepada orang lain.

Semisal, jika rancangan produk A ternyata diketahui memiliki kecacatan, bukanlah hal yang profesional jika ditunda-tunda, karena ini terkait keselamatan pengguna produk tersebut. Dan jika proses perancangan belum memenuhi standar ada baiknya jika diselesaikan sampai mencapai standar yang ditentukan terlepas dari waktu yang diberikan. Jika waktu bekerjanya terbatas, akan terpaksa yang namanya lembur. Dan dalam hal manajemen proyek, tim ahli teknis biasanya diberi waktu kerja yang fleksible dalam hal ini tidak dibatasi oleh jam kerja. Karena kondisi darurat bisa dapat terjadi dan memerlukan sumber daya yang lebih tinggi dari biasanya.

Saya menulis ini sekedar mengingatkan bahwa keseriusan saya dalam mengambil langkah profesional jika menghadapi permasalahan dalam pekerjaan. Dan saya tidaklah baik jika mengeluhkan soal jam kerja. Akan tetapi, bukan berarti kerja 24 jam. Haha. Ada yang namanya permintaan sikap profesional dengan buruknya perencanaan ataupun manajemen sehingga terpaksa lembur terus. Dan setelah saya memelajari yang namanya manajemen proyek, setidaknya saya bisa membedakan yang namanya tuntutan keahlian dengan tuntutan kekeliruan yang dibuat manajemen.


Tulisan ini ditulis pada tanggal 22 November 2016.


Filed under: Jurnal Tagged: buku, Engineer, Engineering, Etika, Keteknikan, Review

Viewing all articles
Browse latest Browse all 13

Latest Images

Trending Articles





Latest Images